Sebagaimana lazimnya sebuah karya besar atau kecil, ia akan berawal dari
lintasan fikiran, ide atau isyarat. Umumnya hal demikian disebut Inspirasi.
Begitu juga dengan Konsep YUSMI ini.
Awalnya, kami mengumpamakan menghafal ini sebagai sebuah “Kerja Besar”.
Tantangannya adalah bagaimana “Kerja Besar” ini bisa dilakukan oleh semua orang
tanpa mereka merasa berat, terbebani bahkan stress.
Bagaimana caranya?
Nah, muncullah Konsep YUSMI yang terinspirasi dari beberapa hal berikut:
Pertama, Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada Baginda Nabi SAW secara “munajjaman”.
Yang artinya bertahap. Selama kurang lebih 23 tahun. Apa tujuannya? Salah satu
hikmahnya adalah agar Baginda dan para sahabat MUDAH untuk menghafal dan
mengamalkanya. Tanpa merasa berat dan tanpa terpaksa.
Kedua, sebuah hadits shahih, yaitu ketika baginda meyakinkan bahwa mempelajari 2
ayat dari Al Qur’an lebih baik dari 2 ekor unta. 3 ayat lebih baik dari 3 ekor
unta. 4 ayat lebih baik dari 4 ekor unta. Demikian seterusnya. Dan jenis unta
yang disebutkan disini bukan unta biasa[1].
Hadits yang dimaksud adalah seperti berikut:
عن
عقبة بن عامر رضي الله عنه قال : خرج رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ونحن في
الصفة فقال: أيكم يحــب أن يـغــــدو كل يوم إلى بطحان أو العقيق فيأتي منه
بناقتين كوماوين في غير إثم
ولا قطع رحم , فقلنا : يا رسول الله، نحب ذلك، قال : أفلا يغدو أحدكم إلى المسجد
فيعلِّم أو يقــرأ آيـتـيـن من كتاب الله عز وجل خير له من ناقتين وثلاث خير له من
ثلاث وأربع خير له من أربع ومن أعدادهن من الإبل (رواه مسلم)
Dari Uqbah bin ‘Amir ra,
ia berkata: Suatu hari Rasulullah SAW keluar dan kami berada di Suffah (Masjid
Nabawi) dan baginda bersabda: “Siapa diantara kalian yang suka untuk pergi ke
Buthan atau Aqiq dan kembali dengan 2 ekor unta yang besar tanpa melakukan dosa
atau memutus silaturahim?”. “Ya Rasulullah, kami semua menyukainya” Jawab para
sahabat. Rasulullah SAW meneruskan sabdanya: “Tidaklah seorang diantara kalian
yang pergi ke masjid kemudian mengajarkan atau membaca 2 ayat Al Qur’an,
niscaya itu lebih baik dari 2 ekor unta. 3 ayat lebih baik dari 3 ekor Unta. 4
ayat lebih baik dari 4 ekor unta. Dan demikianlah seterusnya”. (HR. Muslim)
Point penting yang kami lihat dari hadits di
atas adalah jumlah ayat yang disarankan oleh baginda SAW dalam mengajarkan atau
mempelajari Al Qur’an, ternyata tidak banyak. 2 ayat. 3 ayat atau 4 ayat. Jadi
tidak perlu banyak-banyak. Yang terpenting adalah kontinuitas dan rasa suka
untuk mempelajarinya.
Ketiga, kisah Abdullah bin
Umar yang menghafal surat Al baqarah dalam waktu 4 tahun[2].
Waktu yang cukup lama menurut kita sekarang. Padahal umumnya orang bisa
menghafal keseluruhan Al Qur’an dalam 3 sampai 6 tahun.
Hanya yang menjadi perbedaan antara kita dan
para sahabat dalam mempelajari Al Qur’an adalah bahwa mereka tidak menambah
satu ayat untuk di hafal (hafalan baru) kecuali jika ayat yang sudah dihafal
(hafalan lama) sudah betul-betul di fahami dan diamalkan. Sementara kita....
Keempat, inspirasi model ini
kami yakin sangat banyak. Disetiap tempat mungkn berbeda perumpamaan atau
permisalannya. Tapi intinya sama. Seperti apa? Misalnya:
..sedikit demi sedikit lama-lama menjadi
bukit..
..Batu keras bisa berlubang dengan tetesan
air yang lembut selama bertahun-tahun..
..segunung pasir mustahil bisa dipindahkan
seorang diri sekaligus, namun jika seember-demiseember dipindahkan niscaya
akhirnya akan habis juga..
... Break any problem into,
or make any changes in, small increments...(Anne Grant)
Dan banyak lagi perumpamaan serupa. Pointnya
adalah: ketekunan, kontinuitas, keuletan dan kesabaran akan mampu menyelesaikan
banyak perkara besar. Begitu juga dengan menghafal Al Qur’an.
[1] Dalam syarahnya “al kaumaa” berarti unta yang memiliki punuk yang
besar. Artinya unta terbaik, gemuk dan sehat.
[2] Sebagian sumber mengatakan bahwa sahabat tersebut adalah Umar bin Khattab
dan dalam waktu 8 tahun. Namun menurut riwayat yang shahih, sahabat tersebut
adalah Abdullah bin Umar dan menghafal surat Al baqarah dalam waktu 4 tahun
(diriwayatkan oleh Ibnu Sa’id dalam kitab Ath Thabaqat Al Kubra, 4/164).
No comments:
Post a Comment