Oleh: AM Yusuf, Lc. M. A (ilustrasi: Google)
" Hayya binaa nazuuru Asy Syahidah... "(Mari kita berkunjung ke
rumah seorang Syahidah -wanita yang
Syahid- )
Itulah
ungkapan yang sering diucapkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat.
Setiap hari Jum'at, Rasulullah SAW sering mengajak mereka
untuk berziarah kepada seorang wanita yang bergelar Asy Syahidah. Siapakah
wanita mulia ini ? Bagaimana ia bergelar Asy Syahidah sementara ia masih
Hidup?
Tulisan ini mencoba untuk mengenalkan
kita dengan salah satu sosok Shahabiyah[1].
Sosok perempuan Qur'ani di zaman Rasulullah SAW . Ia mencintai Rasulullah SAW dan Beliau pun
memuliakannya.
Ia
bernama Ummu Waraqah Al Anshariyah (berasal dari Kaum Anshar[2]).
Ia seorang yang kaya, memiliki banyak lahan
pertanian di Madinah. Ketika Rasulullah SAW berhijrah, ia termasuk
salah seorang yang berbai'at masuk Islam dan baik keislamannya.
Ummu
Waraqah adalah salah satu sosok Qur'ani di kalangan para sahabiyah. Ia
mengabdikan dirinya untuk hidup bersama Al Qur'an. Rumahnya bercahaya dengan
cahaya Al Qur'an. Ia menjadi Imam dalam shalat, guru dalam memahami Al Qur'an,
ia jadikan rumahnya sebagai Madrasah Qur'aniyah dan masjid untuk shalat
berjama'ah. Ia termasuk salah satu wanita Anshar yang selalu mendapat kunjungan
Rasulullah SAW, baik untuk mengetahui
perkembangan "Dakwah Qur'ani"nya atau sekedar untuk Qailulah
(tidur siang).
Ummu
waraqah juga termasuk orang yang sangat berjasa dalam pemeliharaan Al Qur'an.
Ia kumpulkan Al Qur'an dalam lempengan tulang dan lembaran kulit. Ia susun ayat
demi ayat sebagaimana perintah sang pembawa Risalah. Sehingga tidak mengherankan
jika ia menjadi salah satu rujukan utama Khalifah Abu Bakar ketika melakukan
Jam'ul Qur'an (mengumpulkan Al Qur'an)[3].
Kemudian bagaimana ia bergelar Syahidah, sementara ia masih hidup ?
Ketika
terjadi perang Badar (peperangan pertama dalam Islam), Ummu Waraqah
meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk turut serta
berjihad. Ia berkata :
"Ya
Rasulullah, izinkanlah aku ikut berjihad. Aku bisa merawat yang sakit dan mengobati
yang terluka" katanya dengan penuh semangat. " Mudah-mudahan Allah
mengaruniakan syahadah (mati syahid) kepadaku" tambahnya.
Rasulullah SAW menjawab : "Tetaplah di
rumahmu wahai Ummu Waraqah, sesungguhnya engkau adalah Asy Syahidah".
Itulah
jawaban Rasulullah SAW. Sebuah jawaban bersumberkan
wahyu. Jawaban yang mendeskripsikan masa depan Ummu Waraqah.
Sejak
itulah Ummu waraqah terkenal dengan sebutan Asy Syahidah. Gelar yang
diberikan oleh Rasulullah SAW kepadanya, tanpa ada yang mengetahui
makna di sebalik nama itu.
Waktu
terus berlalu, namun ia tetap dalam keistiqomahannya. Ia telah melewati
kehidupan di zaman Rasulullah SAW , kemudian zaman Abu
Bakar ra. Hinggalah tiba zaman Khalifah Umar bin Khattab, zaman
ketika ucapan Rasulullah SAW menjadi kenyataan.
Dua
budak (hamba sahaya) Ummu Waraqah yang telah dijanjikan merdeka dengan cara mudabbar[4]
merasa terlalu lama menunggu kepergian tuannya. Mereka ingin segera merdeka
dan mewarisi sepertiga dari hartanya. Dibuatlah sebuah rencana pembunuhan
terhadap Sang Syahidah.
Hingga
pada saat yang tepat mereka dengan tega membekap (menutup mulut) Ummu
Waraqah dengan lembaran kain hingga beliau wafat. Jasad yang selama ini
berdiri dalam shalat, lisan yang selama ini selalu melantunkan Al Qur'an dan
hati yang selama ini dipenuhi dengan kecintaan kepada Rasulullah SAW, kini telah kehilangan
ruh sucinya. Ia telah berpisah menuju tempat yang lebih mulia.
Itulah
Asy Syahidah. Sosok yang telah mendapat Bisyaroh (kabar gembira)
dari Rasulullah SAW , kini telah menemui sang Khaliq.
Semoga Allah merahmatinya dengan Rahmat yang seluas-luasnya.
HIKMAH DAN
PELAJARAN
Dari profile sosok
shahabiyah ini, banyak pelajaran yang dapat kita petik, diantaranya:
1. Ahlul
Qur'an, Ahlul Jihad.
Para Ahlul Qur'an hendaklah berada di
barisan pertama dalam dakwah dan Jihad. Sebagaimana yang dicontohkan Ummu
Waraqah ketika mengungkapkan keinginannya untuk turut serta dalam perang Badar.
Juga sebagaimana yang ditunjukkan oleh 70 Sahabat yang syahid dalam peristiwa
Bi'ru Ma'unah dan perang Yamamah.
2. Mukjizat
Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW tidak berucap kecuali
atas nama wahyu. Segala ucapannya benar, baik ketika serius atau sekedar
bercanda. Inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى
“dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.”.
(An Najm
53: 3)
Dalam kisah ini kita
melihat kebenaran sabda Rasulullah SAW berkenaan
syahidnya Ummu Waraqah.
3. Peranan seorang perempuan dalam
masyarakat Islam.
Di antara peranan seorang wanita dalam
Islam adalah bergerak di bidang kewanitaan. Segala hal yang terkait dengan kaum
hawa, merekalah yang lebih sesuai merawat, mengelola dan mengembangkannya. Baik
di bidang
pendidikan, kedokteran, rumah tangga dan sebagainya.
4. Ketergesaan
adalah salah satu penyebab kegagalan mencapai tujuan.
مَنْ طَلَبَ
شَيْئًا قَبْلَ آوَانِهِ عُوْقِبَ بِحشرْمَانِهِ
"siapa yang menyegerakan sesuatu
sebelum masanya, maka ia dihukum dengan tidak memperoleh sesuatu yang
diinginkannya".
Itu adalah sebuah kaidah Fikih. Hendaklah
sesuatu diusahakan secara wajar tanpa menggunakan jalan pintas. Dalam kisah di
atas, dua budak hamba tersebut disalib di zaman Umar bin Khattab sebagai
hukuman atas pembunuhan yang mereka lakukan. Mereka sedikitpun tidak menerima warisan Ummu waraqah yang menjadi pemicu dan
penggerak tindakan zhalimnya. Mereka adalah orang pertama yang di salib dalam
Islam. Wallahu A'lam.
Baca juga: Guru Al Qur'an, Profesi Paling Mulia
[1] Shahabiyah gelar
kepada para wanita yang berada pada zaman Rasulullah SAW , berjumpa dengannya dan beriman kepada Risalahnya serta mati dalam
keadaan beriman. Istilah ini sama dengan gelar Sahabat/shohabah untuk
kaum lelaki diantara mereka.
[2] Anshar berasal dari
bahasa Arab yang berarti para penolong. Ia adalah gelar kepada penduduk Yatsrib
(Madinah) yang menyambut kedatangan kaum Muhajirin Mekkah dan membantu mereka
ketika peristiwa hijrah.
[3] Peristiwa jam’ul Qur’an
(pengumpulan Al Qur’an dalam bentuk Mushaf) terjadi 2 kali setelah wafatnya
Baginda Rasulullah SAW. Pertama pada zaman Abu Bakar ra dan kedua pada zaman Utsman Bin
Affan ra. Pada zaman Rasulullah SAW , Al
Qur’an ditulis diatas lempengan batu, pelepah kurma, tulang dan sebagainya yang
disusun secara rapi.
[4] Artinya seorang budak
hamba akan serta merta menjadi bebas merdeka setelah tuannya meninggal.
No comments:
Post a Comment