Monday, November 14, 2016

Ummu Waraqah (Asy Syahidah): Sosok Shohabiyah, Sang Guru Al Qur'an

Oleh: AM Yusuf, Lc. M. A (ilustrasi: Google)
" Hayya binaa nazuuru Asy Syahidah... "(Mari kita berkunjung ke rumah seorang Syahidah  -wanita yang Syahid- )

Itulah ungkapan yang sering diucapkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat. Setiap hari Jum'at, Rasulullah SAW  sering mengajak mereka untuk berziarah kepada seorang wanita yang bergelar Asy Syahidah. Siapakah wanita mulia ini ? Bagaimana ia bergelar Asy Syahidah sementara ia masih Hidup?

Tulisan ini mencoba untuk mengenalkan kita dengan salah satu sosok Shahabiyah[1]. Sosok perempuan Qur'ani di zaman Rasulullah SAW . Ia mencintai Rasulullah SAW dan Beliau pun memuliakannya.

Ia bernama Ummu Waraqah Al Anshariyah (berasal dari Kaum Anshar[2]). Ia  seorang yang kaya, memiliki banyak lahan pertanian di Madinah. Ketika Rasulullah SAW berhijrah, ia termasuk salah seorang yang berbai'at masuk Islam dan baik keislamannya.

Ummu Waraqah adalah salah satu sosok Qur'ani di kalangan para sahabiyah. Ia mengabdikan dirinya untuk hidup bersama Al Qur'an. Rumahnya bercahaya dengan cahaya Al Qur'an. Ia menjadi Imam dalam shalat, guru dalam memahami Al Qur'an, ia jadikan rumahnya sebagai Madrasah Qur'aniyah dan masjid untuk shalat berjama'ah. Ia termasuk salah satu wanita Anshar yang selalu mendapat kunjungan Rasulullah SAW, baik untuk mengetahui perkembangan "Dakwah Qur'ani"nya atau sekedar untuk Qailulah (tidur siang).

Ummu waraqah juga termasuk orang yang sangat berjasa dalam pemeliharaan Al Qur'an. Ia kumpulkan Al Qur'an dalam lempengan tulang dan lembaran kulit. Ia susun ayat demi ayat sebagaimana perintah sang pembawa Risalah. Sehingga tidak mengherankan jika ia menjadi salah satu rujukan utama Khalifah Abu Bakar ketika melakukan Jam'ul Qur'an (mengumpulkan Al Qur'an)[3]. Kemudian bagaimana ia bergelar Syahidah, sementara ia masih hidup ?

Ketika terjadi perang Badar (peperangan pertama dalam Islam), Ummu Waraqah meminta izin kepada Rasulullah SAW  untuk turut serta berjihad. Ia berkata :
"Ya Rasulullah, izinkanlah aku ikut berjihad. Aku bisa merawat yang sakit dan mengobati yang terluka" katanya dengan penuh semangat. " Mudah-mudahan Allah mengaruniakan syahadah (mati syahid) kepadaku" tambahnya.

Rasulullah SAW menjawab : "Tetaplah di rumahmu wahai Ummu Waraqah, sesungguhnya engkau adalah Asy Syahidah".

Itulah jawaban Rasulullah SAW. Sebuah jawaban bersumberkan wahyu. Jawaban yang mendeskripsikan masa depan Ummu Waraqah.

Sejak itulah Ummu waraqah terkenal dengan sebutan Asy Syahidah. Gelar yang diberikan oleh Rasulullah SAW  kepadanya, tanpa ada yang mengetahui makna di sebalik nama itu.

Waktu terus berlalu, namun ia tetap dalam keistiqomahannya. Ia telah melewati kehidupan di zaman Rasulullah SAW , kemudian zaman Abu Bakar ra. Hinggalah tiba zaman Khalifah Umar bin Khattab, zaman ketika ucapan Rasulullah SAW  menjadi kenyataan.

Dua budak (hamba sahaya) Ummu Waraqah yang telah dijanjikan merdeka dengan cara mudabbar[4] merasa terlalu lama menunggu kepergian tuannya. Mereka ingin segera merdeka dan mewarisi sepertiga dari hartanya. Dibuatlah sebuah rencana pembunuhan terhadap Sang Syahidah.

Hingga pada saat yang tepat mereka dengan tega membekap (menutup mulut) Ummu Waraqah dengan lembaran kain hingga beliau wafat. Jasad yang selama ini berdiri dalam shalat, lisan yang selama ini selalu melantunkan Al Qur'an dan hati yang selama ini dipenuhi dengan kecintaan kepada Rasulullah SAW, kini telah kehilangan ruh sucinya. Ia telah berpisah menuju tempat yang lebih mulia.

Itulah Asy Syahidah. Sosok yang telah mendapat Bisyaroh (kabar gembira) dari Rasulullah SAW , kini telah menemui sang Khaliq. Semoga Allah merahmatinya dengan Rahmat yang seluas-luasnya.


HIKMAH DAN PELAJARAN


Dari profile sosok shahabiyah ini, banyak pelajaran yang dapat kita petik, diantaranya:
1.      Ahlul Qur'an, Ahlul Jihad.
Para Ahlul Qur'an hendaklah berada di barisan pertama dalam dakwah dan Jihad. Sebagaimana yang dicontohkan Ummu Waraqah ketika mengungkapkan keinginannya untuk turut serta dalam perang Badar. Juga sebagaimana yang ditunjukkan oleh 70 Sahabat yang syahid dalam peristiwa Bi'ru Ma'unah dan perang Yamamah.

2.      Mukjizat Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW  tidak berucap kecuali atas nama wahyu. Segala ucapannya benar, baik ketika serius atau sekedar bercanda. Inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى

“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.”. (An Najm 53: 3)

Dalam kisah ini kita melihat kebenaran sabda Rasulullah SAW  berkenaan syahidnya Ummu Waraqah.

3.      Peranan seorang perempuan dalam masyarakat Islam.
Di antara peranan seorang wanita dalam Islam adalah bergerak di bidang kewanitaan. Segala hal yang terkait dengan kaum hawa, merekalah yang lebih sesuai merawat, mengelola dan mengembangkannya. Baik di bidang pendidikan, kedokteran, rumah tangga dan sebagainya.

4.      Ketergesaan adalah salah satu penyebab kegagalan mencapai tujuan.

مَنْ طَلَبَ شَيْئًا قَبْلَ آوَانِهِ عُوْقِبَ بِحشرْمَانِهِ
"siapa yang menyegerakan sesuatu sebelum masanya, maka ia dihukum dengan tidak memperoleh sesuatu yang diinginkannya".

 Itu adalah sebuah kaidah Fikih. Hendaklah sesuatu diusahakan secara wajar tanpa menggunakan jalan pintas. Dalam kisah di atas, dua budak hamba tersebut disalib di zaman Umar bin Khattab sebagai hukuman atas pembunuhan yang mereka lakukan. Mereka sedikitpun tidak menerima warisan  Ummu waraqah yang menjadi pemicu dan penggerak tindakan zhalimnya. Mereka adalah orang pertama yang di salib dalam Islam. Wallahu A'lam.


Baca juga: Guru Al Qur'an, Profesi Paling Mulia


[1]  Shahabiyah gelar kepada para wanita yang berada pada zaman Rasulullah SAW , berjumpa dengannya dan beriman kepada Risalahnya serta mati dalam keadaan beriman. Istilah ini sama dengan gelar Sahabat/shohabah untuk kaum lelaki diantara mereka.
[2]  Anshar berasal dari bahasa Arab yang berarti para penolong. Ia adalah gelar kepada penduduk Yatsrib (Madinah) yang menyambut kedatangan kaum Muhajirin Mekkah dan membantu mereka ketika peristiwa hijrah.
[3]  Peristiwa jam’ul Qur’an (pengumpulan Al Qur’an dalam bentuk Mushaf) terjadi 2 kali setelah wafatnya Baginda Rasulullah SAW. Pertama pada zaman Abu Bakar ra dan kedua pada zaman Utsman Bin Affan ra. Pada zaman Rasulullah SAW , Al Qur’an ditulis diatas lempengan batu, pelepah kurma, tulang dan sebagainya yang disusun secara rapi.
[4] Artinya seorang budak hamba akan serta merta menjadi bebas merdeka setelah tuannya meninggal.

No comments:

Post a Comment