Wednesday, October 5, 2016

Teknik Mengajarkan Al Qur'an Kepada Anak

Sumber Ilustrasi: Google

Berikut ini penulis ingin memberikan fokus berkaitan dengan pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak. Bagaimana supaya mereka mudah dan mau belajar Al Qur’an? sejak kapan baiknya mengajarkan Al Qur’an kepada mereka? dan tips-tips apa saja yang akan membuat mereka suka dan semangat mempelajari Al Qur’an tanpa harus kita paksa ?. dengan pengalaman yang sedikit ini, mudah-mudahan akan bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua yang sedang mendidik generasi Islam.

1.      Permulaan Tarbiyah Anak
Tarbiyah anak-anak bukan saja dimulai sejak mereka masih buaian, bukan pula sejak masa kandungan. Tetapi tarbiyah anak-anak dalam Islam di mulai ketika seseorang (calon) suami mencari pasangan sebagai isteri. Sebab seorang isteri bukan saja sebagai Ibu kepada anak-anaknya, tetapi ia juga adalah “Sekolah” pertama bagi mereka. Pepatah arab mengatakan:

اَلأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْباً طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ

Ibu adalah Madrasah, jika engkau mempersiapkanya (dengan baik) maka engkau telah mempersiapkan satu generasi yang hebat.

Ketika seorang ibu mengandung juga perlu dibiasakan banyak membaca Al Qur’an atau mendengarkan bacaan Al Qur’an dari orang lain, baik secara langsung atau melalui CD, DVD dan sebagainya. Sebab setelah janin berusia lebih dari 4 bulan, Malaikat akan meniupkan ruh sehingga ia menjadi hidup, mendengar dan merasa. Kebiasaan yang baik yang dilakukan oleh sang Ibu, akan memberikan efek yang baik pula bagi janin.

2.      Teladan yang baik dari kedua orang tua.
Peribahasa melayu mengatakan “Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Bagaimana orang tua, begitu pulalah anak. Anak-anak akan lebih banyak belajar dengan mencontohi apa yang dia lihat dan dia dengar. Sehingga perlu menjadi perhatian bagi semua orang tua, supaya tidak menunjukkan sesuatu yang buruk di hadapan mereka. Tidak menunjukan sikap marah, muka masam atau mengeluarkan ucapan kurang baik di hadapan mereka. Jika seorang suami ingin memberikan “pengajaran” atau ingin marah kepada isterinya, lakukanlah jauh dari pandangan mereka.

Membaca Al Qur’an di waktu pagi selepas solat shubuh, atau di waktu petang selepas solat Maghrib akan memberikan kesan yang baik untuk penghuni rumah. Biasakanlah memulai hari dengan Al Qur’an, baik dengan hafalan atau pun Tilawah Bin Nazhar (melihat mushaf). Tidak menghidupkan TV, Radio atau alat komuniasi lain di saat itu. Fokus kepada Al Qur’an.

Meskipun pada masa awal pertumbuhan anak-anak (usia 3-8 tahun), mereka sukar untuk di kontrol, di suruh membaca atau duduk mendengarkan kita membaca, yakinlah ia akan bermanfaat dan memberikan hasil yang baik ketika anak sudah Mumayyiz[1].

3.      Ajarkan Al Qur’an sejak mula ia belajar berbicara.
Mengajarkan kalimah tasbih, tahmid dan takbir serta tahlil sejak anak mulai belajar berbicara sangat disarankan. Bahkan dalam Sunnah Nabi, setiap bayi yang lahir di sunnahkan supaya di laungkan azan di telinga kanannya[2]. Ini bermakna supaya kalimah pertama yang di dengar ketika seorang manusia lahir adalah kalimah Tauhid. Rasulullah r bersabda:

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ r أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث صحيح)

Dari Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya, ia berkata: saya melihat Rasulullah r melaungkan azan di telingan Hasan bin Ali (Bin Abi Thalib) ketika dilahirkan oleh Fathimah. (Riwayat Abu Daud dan Tirmizi. Imam Tirmizi berkata: Hadits Shahih).

Ajarkanlah mereka surat-surat pendek dari Al Qur’an, seperti surat Al Fatihah, Al Falaq dan An Naas. Ajarkan pula mengucapkan huruf-huruf hijaiyyah dengan menggunakan buku-buku panduan atau cara belajar Al Qur’an yang sudah banyak tersedia (seperti Kaidah Al Baghdadi, Kaidah IQRA, kaidah Qira’ati, dan sebagainya).

4.      Belajar secara berkelompok.
Dunia anak adalah dunia bermain. Belajar sambil bermain akan menjadikan mereka merasa gembira belajar dan tidak mudah bosan. Belajar secara berkelompok akan memberikan banyak daya tarik bagi anak-anak dalam belajar. Selain akan melahirkan suasana ceria, competition, jauh dari rasa bosan juga akan memberikan kemudahan bagi orang tua. Dengan jumlah 5 sampai 10 anak-anak cukup dibimbing oleh satu orang pengajar.

Cara ini – belajar secara berkelompok – dapat diperoleh dengan mudah pada zaman sekarang. Sekolah tahfiz, Pesantren Al Qur’an saat libur sekolah atau pun Institusi-Instiitusi Al Qur’an yang menyediakan pembelajaran Al Qur’an di luar waktu sekolah sudah cukup banyak dijumpai. Jika semua itu belum ada di lingkungan rumah kita, maka kita dapat membuatnya dengan mengumpulkan anak-anak kita beserta teman-temannya, dan meminta seseorang yang berkapasitas untuk mengajar mereka Al Qur’an.

5.      Dukungan dari suasana rumah.
Kalau kita menengok ke belakang. Menengok kepada masa ketika para Ulama belajar. Kita akan jumpai kehidupan mereka di “Kuttab”. Kuttab adalah istilah tempat belajar membaca, menulis dan menghafal Al Qur’an. Tempatnya seringkali berada di tengah padang pasir, jauh dari keramaian kota. Kuttab di zaman sekarang boleh kita umpamakan seperti Pondok atau Pesantren. Kata kuncinya adalah “jauh dari perkara-perkara yang bisa mengganggu konsentrasi dan fokus belajar”.

Bisakah kita menciptakan suasana itu di rumah kita ?
Menyediakan Mushaf untuk setiap anak, Buku-buku panduan belajar Al Qur’an, kisah-kisah bertema Al Qur’an dan menerapkan disiplin dalam mengatur waktu[3] akan banyak membantu perkembangan Al Qur’an anak-anak. Peranan orang tua dalam memantau, mengawasi dan memberikan nasihat yang baik juga amat di perlukan.

6.      Jangan lupa mendoakan mereka.
Doa adalah senjata orang mukmin. Bahkan ia adalah senjata yang paling ampuh. Doakan anak-anak kita agar mereka mencintai Al Qur’an, memahami keagungannya dan dimudahkan dalam memeliharanya. Doa orangtua kepada anak adalah doa yang paling tulus, tidak mungkin ada faktor lain di belakangnya kecuali menginginkan kesholehan untuk anak. Dengan doa berarti kita memohon dari Allah SWT yang Maha membolak-balikan hati agar menjadikan anak-anak kita teguh istiqomah menghafal Al Qur’an.

Allah SWT juga menjadikan doa ini salah satu dari tanda-tanda ‘ibadurrahman (Hamba-hamba Allah SWT yang Maha Rahman) dalam firmannya:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Furqon: 74)

Penulis yakin bahawa masih banyak lagi hal-hal yang akan mendukung pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak seperti: reward and punishment, kualitas para pengajar dan sistem menghafal yang mudah namun berkualitas. Mudah-mudahan para pembaca dapat memperdalam lagi tema ini dari rujukan-rujukan lain.


@am.yusuf


[1] Tamyiz atau Mumayyiz adalah usia ketika anak sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Biasanya fase ini dimulai pada usia 7 – 8 tahun.
[2] Tentang tambahan Iqamat di telinga kiri, sebahagian ulama mengatakan haditsnya dhaif (lemah).
[3] Alangkah lebih baik kepada orang tua untuk dapat mengatur/menghindarkan anak-anak dari menonton TV atau tontonan lain terlalu banyak. Sebab ia akan menjadikan mereka merasa malas untuk mengaji dan tidak fokus dalam hafalan.

No comments:

Post a Comment