Sumber Ilustrasi: Google
Berikut ini penulis ingin
memberikan fokus berkaitan dengan pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak. Bagaimana
supaya mereka mudah dan mau belajar Al Qur’an? sejak kapan baiknya mengajarkan Al Qur’an
kepada mereka? dan tips-tips apa saja yang akan membuat mereka suka dan semangat mempelajari Al Qur’an
tanpa harus kita paksa ?. dengan pengalaman yang sedikit ini, mudah-mudahan
akan bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua yang sedang mendidik generasi
Islam.
1.
Permulaan Tarbiyah Anak
Tarbiyah anak-anak bukan saja dimulai sejak mereka masih buaian, bukan pula sejak masa
kandungan. Tetapi tarbiyah anak-anak dalam Islam
di mulai ketika seseorang (calon) suami mencari pasangan sebagai isteri. Sebab
seorang isteri bukan saja sebagai Ibu kepada anak-anaknya, tetapi ia juga
adalah “Sekolah” pertama bagi mereka. Pepatah arab mengatakan:
اَلأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا
أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْباً طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
Ibu adalah Madrasah,
jika engkau mempersiapkanya (dengan baik) maka engkau telah mempersiapkan satu
generasi yang hebat.
Ketika seorang ibu
mengandung juga perlu dibiasakan banyak membaca Al Qur’an atau mendengarkan
bacaan Al Qur’an dari orang lain, baik secara langsung atau melalui CD, DVD dan
sebagainya. Sebab setelah janin berusia lebih dari 4 bulan, Malaikat akan
meniupkan ruh sehingga ia menjadi hidup, mendengar dan merasa. Kebiasaan yang
baik yang dilakukan oleh sang Ibu, akan memberikan efek yang baik pula bagi
janin.
2.
Teladan yang baik dari
kedua orang tua.
Peribahasa melayu
mengatakan “Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Bagaimana orang tua,
begitu pulalah anak. Anak-anak akan lebih banyak belajar dengan mencontohi apa
yang dia lihat dan dia dengar. Sehingga perlu menjadi perhatian bagi semua
orang tua, supaya tidak menunjukkan sesuatu yang buruk di hadapan mereka. Tidak
menunjukan sikap marah, muka masam atau mengeluarkan ucapan kurang baik di
hadapan mereka. Jika seorang suami ingin memberikan “pengajaran” atau ingin
marah kepada isterinya, lakukanlah jauh dari pandangan mereka.
Membaca Al Qur’an di
waktu pagi selepas solat shubuh, atau di waktu petang selepas solat Maghrib
akan memberikan kesan yang baik untuk penghuni rumah. Biasakanlah memulai hari
dengan Al Qur’an, baik dengan hafalan atau pun Tilawah Bin Nazhar (melihat
mushaf). Tidak menghidupkan TV, Radio atau alat komuniasi lain di saat itu.
Fokus kepada Al Qur’an.
Meskipun pada masa awal
pertumbuhan anak-anak (usia 3-8 tahun), mereka sukar untuk di kontrol, di suruh
membaca atau duduk mendengarkan kita membaca, yakinlah ia akan bermanfaat dan
memberikan hasil yang baik ketika anak sudah Mumayyiz[1].
3.
Ajarkan Al Qur’an sejak
mula ia belajar berbicara.
Mengajarkan kalimah tasbih,
tahmid dan takbir serta tahlil sejak anak mulai belajar berbicara sangat
disarankan. Bahkan dalam Sunnah Nabi, setiap bayi yang lahir di sunnahkan
supaya di laungkan azan di telinga kanannya[2]. Ini bermakna supaya
kalimah pertama yang di dengar ketika seorang manusia lahir adalah kalimah
Tauhid. Rasulullah r bersabda:
عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ r أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ
فَاطِمَةُ (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث صحيح)
Dari Ubaidillah bin Abi
Rofi’, dari ayahnya, ia berkata: saya melihat Rasulullah r melaungkan azan di
telingan Hasan bin Ali (Bin Abi Thalib) ketika dilahirkan oleh Fathimah. (Riwayat
Abu Daud dan Tirmizi. Imam Tirmizi berkata: Hadits Shahih).
Ajarkanlah mereka surat-surat
pendek dari Al Qur’an, seperti surat Al Fatihah, Al Falaq dan An Naas. Ajarkan
pula mengucapkan huruf-huruf hijaiyyah dengan menggunakan buku-buku panduan
atau cara belajar Al Qur’an yang sudah banyak tersedia (seperti Kaidah Al
Baghdadi, Kaidah IQRA, kaidah Qira’ati, dan sebagainya).
4.
Belajar secara berkelompok.
Dunia anak adalah dunia
bermain. Belajar sambil bermain akan menjadikan mereka merasa gembira belajar
dan tidak mudah bosan. Belajar secara berkelompok akan memberikan banyak daya
tarik bagi anak-anak dalam belajar. Selain akan melahirkan suasana ceria,
competition, jauh dari rasa bosan juga akan memberikan kemudahan bagi orang tua.
Dengan jumlah 5 sampai 10 anak-anak cukup dibimbing oleh satu orang pengajar.
Cara ini – belajar secara
berkelompok – dapat diperoleh dengan mudah pada zaman sekarang. Sekolah tahfiz,
Pesantren Al Qur’an saat libur sekolah atau pun Institusi-Instiitusi Al Qur’an
yang menyediakan pembelajaran Al Qur’an di luar waktu sekolah sudah cukup
banyak dijumpai. Jika semua itu belum ada di lingkungan rumah kita, maka kita
dapat membuatnya dengan mengumpulkan anak-anak kita beserta teman-temannya, dan
meminta seseorang yang berkapasitas untuk mengajar mereka Al Qur’an.
5.
Dukungan dari suasana
rumah.
Kalau kita menengok ke
belakang. Menengok kepada masa ketika para Ulama belajar. Kita akan jumpai
kehidupan mereka di “Kuttab”. Kuttab adalah istilah tempat belajar membaca,
menulis dan menghafal Al Qur’an. Tempatnya seringkali berada di tengah padang
pasir, jauh dari keramaian kota. Kuttab di zaman sekarang boleh kita umpamakan
seperti Pondok atau Pesantren. Kata kuncinya adalah “jauh dari perkara-perkara
yang bisa mengganggu konsentrasi dan fokus belajar”.
Bisakah kita menciptakan
suasana itu di rumah kita ?
Menyediakan Mushaf untuk
setiap anak, Buku-buku panduan belajar Al Qur’an, kisah-kisah bertema Al Qur’an
dan menerapkan disiplin dalam mengatur waktu[3] akan banyak membantu
perkembangan Al Qur’an anak-anak. Peranan orang tua dalam memantau, mengawasi
dan memberikan nasihat yang baik juga amat di perlukan.
6.
Jangan lupa mendoakan
mereka.
Doa adalah senjata orang
mukmin. Bahkan ia adalah senjata yang paling ampuh. Doakan anak-anak kita agar
mereka mencintai Al Qur’an, memahami keagungannya dan dimudahkan dalam
memeliharanya. Doa orangtua kepada anak adalah doa yang paling tulus, tidak
mungkin ada faktor lain di belakangnya kecuali menginginkan kesholehan untuk
anak. Dengan doa berarti kita memohon dari Allah SWT yang Maha membolak-balikan
hati agar menjadikan anak-anak kita teguh istiqomah menghafal Al Qur’an.
Allah SWT juga
menjadikan doa ini salah satu dari tanda-tanda ‘ibadurrahman (Hamba-hamba Allah
SWT yang Maha Rahman) dalam firmannya:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang
berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (Al Furqon: 74)
Penulis yakin bahawa
masih banyak lagi hal-hal yang akan mendukung pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak
seperti: reward and punishment, kualitas para pengajar dan sistem menghafal
yang mudah namun berkualitas. Mudah-mudahan para pembaca dapat memperdalam lagi
tema ini dari rujukan-rujukan lain.
[1] Tamyiz atau Mumayyiz adalah usia ketika
anak sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Biasanya
fase ini dimulai pada usia 7 – 8 tahun.
[3] Alangkah lebih baik kepada orang tua untuk dapat mengatur/menghindarkan
anak-anak dari menonton TV atau tontonan lain terlalu banyak. Sebab ia akan
menjadikan mereka merasa malas untuk mengaji dan tidak fokus dalam hafalan.
No comments:
Post a Comment