Wednesday, October 19, 2016

Buta Mata, Terang Hati

Ilustrasi: Google

Sudah 2 kali moment ini berulang. Dan kami tidak ingin melewatkannya begitu saja, sayang sekali kalau tidak diambil (ditulis) untuk mengambil ibrah dan pelajarannya.

Masjid dekat kantor kami bekerja memang cukup makmur. Berbagai kegiatan dan ceramah selalu aktif di adakan setiap minggu, bahkan setiap hari. Para Imam sholatnya sangat berkompeten. Mereka para hafizh dengan kualitas hafalan dan bacaan yang sangat bagus. Bahkan beberapa kali Masjid ini mendapat penghargaan dari pemerintah Negeri Selangor (Malaysia) sebagai masjid terbaik.

Moment yang ingin kami berbagi tentangnya adalah terkait kehadiran Hafizh Qur’an dari kalangan mereka yang tidak bisa melihat. Tuna Netra. Ya, Tuna Netra. Moment tersebut berulang 2 kali di tahun 2016 dengan orang yang berbeda.

Sebenarnya mungkin hal seperti ini terjadi juga di beberapa masjid yang lain, bahkan bisa jadi di Masjid yang kami sebutkan di atas sebelumnya pernah juga. Namun karena kami bisa menyaksikannya pada tahun itu secara langsung, kami betul-betul merasa sangat kagum dan terharu.

Bagaimana seorang Buta bisa menghafal Al Qur’an 30 Juz? Padahal jumlah halamannya tidak kurang dari 604 halaman dan 114 Surat.

Ini akan lebih mengherankan lagi karena kebanyakan orang yang “melek”, pandangannya terang benderang, kebanyakan mereka tidak hafal 30 Juz. Bahkan jangankan hafal 30 Juz, Juz 30 pun kebanyakan mereka tidak menghabiskannya. Atau bahkan membaca Al Qur’an pun masih jarang-jarang (tugas kita bersama untuk memberikan pemahaman dan memotivasi kepada mereka).

Ternyata benar, bahwa menghafal Al Qur’an dan berinteraksi dengan Al Qur’an hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar menjadi pilihan Allah SWT. Mereka yang dibukakan pintu hatinya, dimudahkan jiwanya untuk tergerak menuju cahaya Al Qur’an.

Bukan sekedar otak yang pintar, fisik yang prima atau materi yang melimpah yang diperlukan untuk menghafal Al Qur’an. Namun lebih dari itu, Hidayah dari Allah SWT, hati yang bersih dan azam yang kuat menjadi faktor penentu berhasil atau tidaknya seseorang memghafal Al Qur’an.

Berkenaan dengan ini, kami menjadi teringat dengan firman Allah SWT:

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (Al Hajj: 46)

Betapa banyak orang yang diuji Allah SWT dengan kehilangan penglihatannya (buta), namun mereka memiliki pandangan hati yang jauh lebih terang dari kebanyakan orang. Sebagian mereka ada yang menjadi ulama, ilmuwan dan orang-orang yang dikenang, melebihi kita-kita yang normal.

Allah SWT pun menjanjikan pahala yang sangat besar bagi mereka yang sabar ketika diuji dengan kehilangan penglihatannya, seperti yang disabdakan Baginda SAW:

وعن أنس - رضي الله عنه - ، قَالَ : سمعتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، يقول : (( إنَّ الله - عز وجل - ، قَالَ : إِذَا ابْتَلَيْتُ عبدي بحَبيبتَيه فَصَبرَ عَوَّضتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّةَ )) يريد عينيه ، رواه البخاري .

Dari Anas ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Jika Aku menguji seorang hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian ia bersabar, maka Aku akan mengantinya dengan surga”. (HR. Bukhori)

Subhanallah. Semoga Allah SWT memelihara kedua mata kita yang normal ini dan tetap menganugerahkan semangat sebagaimana semangatnya 2 orang hafizh tadi dalam menghafal Al Qur’an. Amiin.


@am.yusuf

No comments:

Post a Comment