By; Muhammad Yusuf, M.A.
Baginda SAW kembali dari Thaif dengan penuh luka dan hati yang sedih. Penduduk kota
itu menolak dengan kasar dan mencaci dakwahnya yang mulia. Lalu beristirahatlah ia di sebuah kebun milik Utbah dan
Syaibah, kedua putra Rabi'ah. Ia berteduh dibawah sebuah pohon seraya mengadu
kepada Allah SAW atas segala kelemahannya dalam menyampaikan Risalah.
Kemudian datanglah Adas – seorang budak Utbah dan Rabi'ah - dengan setangkai anggur di tangannya untuk di pesembahkan kepada orang yang belum dikenalnya sama sekali.
Kemudian datanglah Adas – seorang budak Utbah dan Rabi'ah - dengan setangkai anggur di tangannya untuk di pesembahkan kepada orang yang belum dikenalnya sama sekali.
Ketika Baginda SAW hendak memakannya, maka ia berucap : Bismillaah. Adas merasa
keheranan seraya berkata: “Sesungguhnya kalimat itu tidak lazim diucapkan penduduk
negeri ini”
Maka Rasulullah SAW bertanya kepadanya: "Apa negeri asalmu? Dan apa agamamu?"
Adas menjawab: “saya seorang Nasrani dari negeri Ninawa”.
"Dari negeri seorang laki-laki shalih, Yunus bin
Matta", kata Rasulullah SAW dengan
penuh yakin.
“Apa yang engkau tahu tentang Yunus bin Matta?. Tanya Adas dengan penasaran.
"Ia saudaraku, ia
seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi". Jawab Rasulullah SAW .
Maka segera Adas mencium kepala, tangan dan kaki Rasulullah SAW. Ia baru menyadari bahwa sosok yang ada di hadapannya adalah orang paling mulia yang berjalan di muka bumi.
Namun hal tersebut mengundang marah Utbah dan Rabi'ah, sang pemilik kebun. Segera saja Adas berkata: “wahai tuanku, tidak ada seseorang pun di atas bumi yang lebih mulia dari orang ini” (1).
-----
Tidak diragukan lagi, cuplikan sirah ini menampilkan satu dari sekian banyak cobaan dakwah pada fase Makkah. Kaki Rasulullah SAW berlumuran darah terkena lemparan batu. Begitu pula dengan Zaid bin Haritsah yang menemani beliau terluka di bagian kepala. "Alangkah mulia Engkau Rasulullah SAW. Engkau begitu bersabar dalam menyampaikan Risalah Allah SWT, namun mereka adalah kaum yang bodoh".
Ada satu hal sederhana yang menarik dalam kisah di atas.
Adas – sang budak – begitu tertarik dengan ungkapan "Bismillah" yang diucapkan Rasulullah SAW, se hingga terjadilah dialog yang berujung pengakuannya atas kenabian Muhammad. Basmalah?. Ya, ia tertarik dengan kalimat itu. Kalimat yang tidak pernah ia dengan dari penduduk dimana ia tinggal.
Ada apa dibalik lafazh "Bismillah"? mari kita coba untuk merenunginya.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan beberapa amal yang disunnahkan untuk diawali dengan Basmalah, diantaranya: diawal setiap amal dan ucapan yang baik, ketika akan masuk toilet, ketika mulai berwudhu, ketika hendak makan hingga ketika seseorang hendak menggauli istrinya (2).
Kemudian, ketika kita memulai suatu pekerjaan dengan Basmalah, berarti kita sudah mengawali dengan beberapa hal positif:
1. Mengundang keberkahan. Rasulullah bersabda : " Setiap amal baik yang tidak dimulai dengan Basmalah, maka ia terputus (dari keberkahan).(HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad). Rasulullah SAW selalu memulai dengan Basmalah ketika menulis surat kepada para raja untuk mendakwahinya, juga menjadikannya sebagai pembuka dalam setiap majlisnya.
2. Memasang rasa ikhlash. Ketika kita mengucapkan Basmalah dan disertai hati yang hadir, berarti kita sudah berusaha menjadikan amal kita sebagai amal yang ikhlas. Meskipun belum 100%, namun ia adalah sebuah usaha. InsyaAllah dengan berkahnya kita bisa mendekati niat ikhlas seperti yang diperintahkan.
3. Memastikan bahwa aktivitas tersebut baik. Hati ini akan merasa sejuk dan tenang mengucapkan basmalah ketika amal itu baik (baca: amal sholeh). Namun jika ia adalah sebuah kemaksiatan atau hal-hal yang diharamkan, mana mungkin kita mengucapkan basmalah, kalau pun ia diucapkan maka hati ini akan merasa sangat malu di hadapan lafazh yang mulia.
4. Mengakui segala karunia Allah SWT (syukur). Dengan mengucapkannya bearti kita sudah mengakui bahwa kita ini hamba, dan semua yang kita makan, kita pakai, kita nikmati semuanya adalah karunia dari sang pemilik alam semesta.
5. Basmalah, Identitas Muslim. Seperti yang terlihat dalam cuplikan sirah di atas, bahwa basmalah merupakan identitas seorang muslim. Janganlah kita malu atau sungkan untuk mengucapkannya, bisa jadi ia merupakan pintu hidayah bagi seseorang.
6. Mempersempit ruang gerak setan. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Usamah bin Umair : suatu saat Nabi SAW tersandung, lantas aku berkata: terlaknatlah setan. Maka Nabi SAW menegurku: "jangan berkata : terlaknatlah setan!, karena jika engkau mengucapkannya ia akan menjadi semakin kuat dan besar, hingga berkata: "Aku akan mengalahkannya dengan kekuatanku". Namun jika engkau berkata: Bismillah, ia akan mengecil hingga menjadi sebesar lalat".
Setiap aktivitas manusia tidak akan terlepas dari kehadiran
satu diantara dua jenis makhluk Allah SAW, setan atau malaikat. Nah, ketika
kita mengucapkan Basmalah, maka kita telah memilih malaikat rahmat
sebagai teman.
Semoga lafazh itu selalu kita ucapkan di setiap awal perbuatan. Wallahu A'lam.
(1) Dikutip dari Fikih Sirah, karya Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Zaid. Dar Tadmuriyah. Hal.232.
(2) Lihat Al Misbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir, hal. 21.
Semoga lafazh itu selalu kita ucapkan di setiap awal perbuatan. Wallahu A'lam.
(1) Dikutip dari Fikih Sirah, karya Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Zaid. Dar Tadmuriyah. Hal.232.
(2) Lihat Al Misbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir, hal. 21.