Sunday, November 27, 2016

Di Sebalik Lafazh Basmalah

By; Muhammad Yusuf, M.A.

Baginda SAW kembali dari Thaif dengan penuh luka dan hati yang sedih. Penduduk kota itu menolak dengan kasar dan mencaci dakwahnya yang mulia. Lalu beristirahatlah ia di sebuah kebun milik Utbah dan Syaibah, kedua putra Rabi'ah. Ia berteduh dibawah sebuah pohon seraya mengadu kepada Allah SAW atas segala kelemahannya dalam menyampaikan Risalah.

Kemudian datanglah Adas – seorang budak Utbah dan Rabi'ah - dengan setangkai anggur di tangannya
untuk di pesembahkan kepada orang yang belum dikenalnya sama sekali.

Ketika Baginda SAW hendak memakannya, maka ia  berucap : Bismillaah. Adas merasa keheranan seraya berkata: Sesungguhnya kalimat itu tidak lazim diucapkan penduduk negeri ini

Maka Rasulullah SAW bertanya kepadanya: "Apa negeri asalmu? Dan apa agamamu?"

Adas menjawab: saya seorang Nasrani dari negeri Ninawa”.

"Dari negeri seorang laki-laki shalih, Yunus bin Matta", kata Rasulullah SAW dengan penuh yakin.

Apa yang engkau tahu tentang Yunus bin Matta?. Tanya Adas dengan penasaran.

 "Ia saudaraku, ia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi". Jawab Rasulullah SAW .

Maka segera Adas mencium kepala, tangan dan kaki Rasulullah SAW. Ia baru menyadari bahwa sosok yang ada di hadapannya adalah orang paling mulia yang berjalan di muka bumi.

Namun hal tersebut mengundang marah Utbah dan Rabi'ah, sang pemilik kebun. Segera saja Adas berkata: wahai tuanku, tidak ada seseorang pun di atas bumi yang lebih mulia dari orang ini (1).

-----


Tidak diragukan lagi, cuplikan sirah ini menampilkan satu dari sekian banyak cobaan dakwah
pada fase Makkah. Kaki Rasulullah SAW berlumuran darah terkena lemparan batu. Begitu pula dengan Zaid bin Haritsah yang menemani beliau terluka di bagian kepala. "Alangkah mulia Engkau Rasulullah SAW.  Engkau begitu bersabar dalam menyampaikan Risalah Allah SWT, namun mereka adalah kaum yang bodoh".

Ada satu hal
sederhana yang menarik dalam kisah di atas.
Adas – sang budak – begitu tertarik dengan ungkapan "Bismillah" yang diucapkan Rasulullah
SAW, se hingga terjadilah dialog yang berujung pengakuannya atas kenabian Muhammad. Basmalah?. Ya, ia tertarik dengan kalimat itu. Kalimat yang tidak pernah ia dengan dari penduduk dimana ia tinggal.

Ada apa dibalik lafazh "Bismillah"? mari kita coba untuk merenunginya.

Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan beberapa amal yang disunnahkan untuk diawali dengan Basmalah, diantaranya: diawal setiap amal dan ucapan yang baik, ketika akan masuk toilet, ketika mulai berwudhu, ketika hendak makan hingga ketika seseorang hendak menggauli istrinya (2).

Kemudian, ketika kita memulai suatu pekerjaan dengan Basmalah, berarti kita sudah mengawali dengan beberapa hal positif: 

1. Mengundang keberkahan. Rasulullah bersabda : " Setiap amal baik yang tidak dimulai dengan Basmalah, maka ia terputus (dari keberkahan).(HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad). Rasulullah
SAW selalu memulai dengan Basmalah ketika menulis surat kepada para raja untuk mendakwahinya, juga menjadikannya sebagai pembuka dalam setiap majlisnya.

2. Memasang rasa ikhlash.
Ketika kita mengucapkan Basmalah dan disertai hati yang hadir, berarti kita sudah berusaha menjadikan amal kita sebagai amal yang ikhlas. Meskipun belum 100%, namun ia adalah sebuah usaha. InsyaAllah dengan berkahnya kita bisa mendekati niat ikhlas seperti yang diperintahkan.

3. Memastikan bahwa aktivitas tersebut baik. Hati ini akan merasa sejuk dan tenang mengucapkan basmalah ketika amal itu baik (baca: amal sholeh). Namun jika ia adalah sebuah kemaksiatan atau hal-hal yang diharamkan, mana mungkin kita mengucapkan basmalah, kalau pun ia diucapkan maka hati ini akan merasa sangat malu di hadapan lafazh yang mulia.

4. Mengakui segala karunia Allah
SWT (syukur). Dengan mengucapkannya bearti kita sudah mengakui bahwa kita ini hamba, dan semua yang kita makan, kita pakai, kita nikmati semuanya adalah karunia dari sang pemilik alam semesta.

5.
Basmalah, Identitas Muslim. Seperti yang terlihat dalam cuplikan sirah di atas, bahwa basmalah merupakan identitas seorang muslim. Janganlah kita malu atau sungkan untuk mengucapkannya, bisa jadi ia merupakan pintu hidayah bagi seseorang. 

6. Mempersempit ruang gerak setan. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Usamah bin Umair : suatu saat Nabi
SAW tersandung, lantas aku berkata: terlaknatlah setan. Maka Nabi SAW menegurku: "jangan berkata : terlaknatlah setan!, karena jika engkau mengucapkannya ia akan menjadi semakin kuat dan besar, hingga berkata: "Aku akan mengalahkannya dengan kekuatanku". Namun jika engkau berkata: Bismillah, ia akan mengecil hingga menjadi sebesar lalat".


Setiap aktivitas manusia tidak akan terlepas dari kehadiran satu diantara dua jenis makhluk Allah SAW, setan atau malaikat. Nah, ketika kita mengucapkan Basmalah, maka kita telah memilih malaikat rahmat sebagai teman.

Semoga lafazh itu selalu kita ucapkan di setiap awal perbuatan. Wallahu A'lam.

(1) Dikutip dari Fikih Sirah, karya Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Zaid. Dar Tadmuriyah. Hal.232.
(2) Lihat Al Misbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir, hal. 21.

Tuesday, November 22, 2016

Menikmati Masa-Masa Sulit

By: Muhamad Yusuf, M.A. 

Tidak ada seorang pun yang mau hidup menderita. Kelaparan. Kehausan. Kehabisan uang. Diputus kerja. Dan sebagainya. Namun semua itu pasti terjadi. Jangankan kepada kita orang yang biasa-biasa saja, hatta para Nabi dan Rasul pun mereka di uji. Bahkan ujian mereka paling besar diantara ujian-ujian manusia.

Mau mengeluh ketika di uji? Sungguh keluh kesah itu tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik, bahkan sebaliknya. Keluh kesah menjadikan keadaan lebih buruk, disamping kita tidak mendapat pahala kesabaran. Keluh kesah adalah cerminan mental yang lemah, lekas menyerah dan menyalahkan orang lain.

Nikmatilah masa-masa sulit. Mengadulah kepada Allah SWT. Menangislah senangis-nangisnya, menjerit sekuat-kuatnya, tapi jangan kepada manusia. Hanya kepada-Nya. Temuilah Dia di keheningan malam dan dalam kekhusyukan doa-doa kita. Mengadulah sepuas-puasnya dan mintalah sebanyak-banyaknya, karena Dia adalah Sang Maha Kuasa dan Maha Kaya.

Nikmatilah masa-masa sulit itu. Kala itu, lihatlah diri kita. Sejauh mana kesabarannya, sejauh mana kekayaan jiwanya dan sekuat apa ia menerima tempaan.

Ibarat orang yang berpuasa, yang akan mendapat 2 kebahagiaan. Bahagia ketika ia berbuka, dan bahagia ketika ia bertemu dengan Rabbnya. Maka demikian juga ketika kita diuji. Kita akan berbahagia ketika kita mampu melaluinya dengan sabar, dan bahagia ketika kita bertemu Allah SWT dengan pahala kesabaran itu.

Yakinlah, bukan hanya kita seorang yang diuji. Jauh atau dekat di luar sana, lebih banyak orang yang ujiannya lebih berat dari kita. Di penjara, menderita penakit kronik, peperangan dan pengungsian. Namun banyak diantara mereka sabar. Bahkan dari ujian itu banyak yang keluar dengan jiwa yang lebih bersinar, dengan karya yang jauh lebih gemilang.


Jadi, sejak sekarang, jangan lagi berkeluh kesah karena kesulitan. Kembalikanlah pada-Nya, dan Dia juga yang akan mengangkatnya dari kita.

Saturday, November 19, 2016

Buku Terbaru Bagi Para Pecinta Al Qur'an: "Bahagianya Menjadi Sahabat Al Qur'an"

Foto: Penerbit Widya Cahaya

Semangat masyarakat untuk kembali kepada Al Qur'an nampak begitu besar akhir-akhir ini. Terlepas dari motif dan isu-isu yang memicunya, namun demikianlah seharusnya yang dilakukan oleh kaum Muslimin. Rasa cinta kepada Al Qur'an adalah buah dari keimanan yang mendalam kepada sang Khaliq (Allah SWT), dan pada akhirnya akan lahir semangat untuk menunaikan berbagai kewajiban kita kepadanya (Al Qur'an). 

Membaca Al Qur'an, menghafalnya, memahaminya, mengamalkannya dan mengajarkannya adalah hak-hak Al Qur'an yang sangat penting untuk untuk kita tunaikan dalam level pribadi dan masyarakat. Begitu juga aktivitas mendakwahkan dan membela Al Qur'an dari fitnah dan tuduhan para penghina, termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh ummat ini. Nah, 2 hal yang terakhir ini jika tidak dapat ditunaikan secara individual, maka ia adalah tanggung jawab ummat Islam secara keseluruhan.

Selain itu, sebagian besar kaum muslimin masih belum memberikan perhatian yang semestinya kepada Al Qur'an. Ini dilatarbelakangi oleh minimnya pengetahuan, kesadaran dan motivasi dari lingkungan sekitar. Padahal jika mereka mengetahui keagungan dan besarnya manfaat Al Qur'an, niscaya mereka tidak akan mengacuhkannya. Mereka perlu mendapatkan motivasi dan panduan yang benar dalam berinteraksi dengan Al Qur'an.

Foto: Penerbit  Widya Cahaya

Buku BAHAGIANYA MENJADI SAHABAT AL QUR'AN hadir untuk mengajak anda mengetahui keutamaan-keutamaan Al Qur'an, pahala bagi mereka yang membaca dan menghafalnya, serta memotivasi anda sekeluarga untuk menjadi Ahlul Qur'an. Keutamaan surat-surat pilihan, Qiyamullail dan teknik mengajarkan Al Qur'an kepada anak menjadi bagian utama buku ini. Dilengkapi dengan teknik menghafal Al Qur'an dan pembahasan seputar problematikanya, menjadikan buku ini terasa lebih lengkap.


Buku ini sangat cocok sebagai bahan kajian dalam pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah karena tema-temanya yang sangat mendasar dan penting. Meskipun di susun secara berurutan, tapi masih memungkinkan pembaca memulai dari bagian yang ia sukai.

Semoga bermanfaat dan selamat membaca..


Monday, November 14, 2016

Ummu Waraqah (Asy Syahidah): Sosok Shohabiyah, Sang Guru Al Qur'an

Oleh: AM Yusuf, Lc. M. A (ilustrasi: Google)
" Hayya binaa nazuuru Asy Syahidah... "(Mari kita berkunjung ke rumah seorang Syahidah  -wanita yang Syahid- )

Itulah ungkapan yang sering diucapkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat. Setiap hari Jum'at, Rasulullah SAW  sering mengajak mereka untuk berziarah kepada seorang wanita yang bergelar Asy Syahidah. Siapakah wanita mulia ini ? Bagaimana ia bergelar Asy Syahidah sementara ia masih Hidup?

Tulisan ini mencoba untuk mengenalkan kita dengan salah satu sosok Shahabiyah[1]. Sosok perempuan Qur'ani di zaman Rasulullah SAW . Ia mencintai Rasulullah SAW dan Beliau pun memuliakannya.

Ia bernama Ummu Waraqah Al Anshariyah (berasal dari Kaum Anshar[2]). Ia  seorang yang kaya, memiliki banyak lahan pertanian di Madinah. Ketika Rasulullah SAW berhijrah, ia termasuk salah seorang yang berbai'at masuk Islam dan baik keislamannya.

Ummu Waraqah adalah salah satu sosok Qur'ani di kalangan para sahabiyah. Ia mengabdikan dirinya untuk hidup bersama Al Qur'an. Rumahnya bercahaya dengan cahaya Al Qur'an. Ia menjadi Imam dalam shalat, guru dalam memahami Al Qur'an, ia jadikan rumahnya sebagai Madrasah Qur'aniyah dan masjid untuk shalat berjama'ah. Ia termasuk salah satu wanita Anshar yang selalu mendapat kunjungan Rasulullah SAW, baik untuk mengetahui perkembangan "Dakwah Qur'ani"nya atau sekedar untuk Qailulah (tidur siang).

Ummu waraqah juga termasuk orang yang sangat berjasa dalam pemeliharaan Al Qur'an. Ia kumpulkan Al Qur'an dalam lempengan tulang dan lembaran kulit. Ia susun ayat demi ayat sebagaimana perintah sang pembawa Risalah. Sehingga tidak mengherankan jika ia menjadi salah satu rujukan utama Khalifah Abu Bakar ketika melakukan Jam'ul Qur'an (mengumpulkan Al Qur'an)[3]. Kemudian bagaimana ia bergelar Syahidah, sementara ia masih hidup ?

Ketika terjadi perang Badar (peperangan pertama dalam Islam), Ummu Waraqah meminta izin kepada Rasulullah SAW  untuk turut serta berjihad. Ia berkata :
"Ya Rasulullah, izinkanlah aku ikut berjihad. Aku bisa merawat yang sakit dan mengobati yang terluka" katanya dengan penuh semangat. " Mudah-mudahan Allah mengaruniakan syahadah (mati syahid) kepadaku" tambahnya.

Rasulullah SAW menjawab : "Tetaplah di rumahmu wahai Ummu Waraqah, sesungguhnya engkau adalah Asy Syahidah".

Itulah jawaban Rasulullah SAW. Sebuah jawaban bersumberkan wahyu. Jawaban yang mendeskripsikan masa depan Ummu Waraqah.

Sejak itulah Ummu waraqah terkenal dengan sebutan Asy Syahidah. Gelar yang diberikan oleh Rasulullah SAW  kepadanya, tanpa ada yang mengetahui makna di sebalik nama itu.

Waktu terus berlalu, namun ia tetap dalam keistiqomahannya. Ia telah melewati kehidupan di zaman Rasulullah SAW , kemudian zaman Abu Bakar ra. Hinggalah tiba zaman Khalifah Umar bin Khattab, zaman ketika ucapan Rasulullah SAW  menjadi kenyataan.

Dua budak (hamba sahaya) Ummu Waraqah yang telah dijanjikan merdeka dengan cara mudabbar[4] merasa terlalu lama menunggu kepergian tuannya. Mereka ingin segera merdeka dan mewarisi sepertiga dari hartanya. Dibuatlah sebuah rencana pembunuhan terhadap Sang Syahidah.

Hingga pada saat yang tepat mereka dengan tega membekap (menutup mulut) Ummu Waraqah dengan lembaran kain hingga beliau wafat. Jasad yang selama ini berdiri dalam shalat, lisan yang selama ini selalu melantunkan Al Qur'an dan hati yang selama ini dipenuhi dengan kecintaan kepada Rasulullah SAW, kini telah kehilangan ruh sucinya. Ia telah berpisah menuju tempat yang lebih mulia.

Itulah Asy Syahidah. Sosok yang telah mendapat Bisyaroh (kabar gembira) dari Rasulullah SAW , kini telah menemui sang Khaliq. Semoga Allah merahmatinya dengan Rahmat yang seluas-luasnya.


HIKMAH DAN PELAJARAN


Dari profile sosok shahabiyah ini, banyak pelajaran yang dapat kita petik, diantaranya:
1.      Ahlul Qur'an, Ahlul Jihad.
Para Ahlul Qur'an hendaklah berada di barisan pertama dalam dakwah dan Jihad. Sebagaimana yang dicontohkan Ummu Waraqah ketika mengungkapkan keinginannya untuk turut serta dalam perang Badar. Juga sebagaimana yang ditunjukkan oleh 70 Sahabat yang syahid dalam peristiwa Bi'ru Ma'unah dan perang Yamamah.

2.      Mukjizat Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW  tidak berucap kecuali atas nama wahyu. Segala ucapannya benar, baik ketika serius atau sekedar bercanda. Inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى

“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.”. (An Najm 53: 3)

Dalam kisah ini kita melihat kebenaran sabda Rasulullah SAW  berkenaan syahidnya Ummu Waraqah.

3.      Peranan seorang perempuan dalam masyarakat Islam.
Di antara peranan seorang wanita dalam Islam adalah bergerak di bidang kewanitaan. Segala hal yang terkait dengan kaum hawa, merekalah yang lebih sesuai merawat, mengelola dan mengembangkannya. Baik di bidang pendidikan, kedokteran, rumah tangga dan sebagainya.

4.      Ketergesaan adalah salah satu penyebab kegagalan mencapai tujuan.

مَنْ طَلَبَ شَيْئًا قَبْلَ آوَانِهِ عُوْقِبَ بِحشرْمَانِهِ
"siapa yang menyegerakan sesuatu sebelum masanya, maka ia dihukum dengan tidak memperoleh sesuatu yang diinginkannya".

 Itu adalah sebuah kaidah Fikih. Hendaklah sesuatu diusahakan secara wajar tanpa menggunakan jalan pintas. Dalam kisah di atas, dua budak hamba tersebut disalib di zaman Umar bin Khattab sebagai hukuman atas pembunuhan yang mereka lakukan. Mereka sedikitpun tidak menerima warisan  Ummu waraqah yang menjadi pemicu dan penggerak tindakan zhalimnya. Mereka adalah orang pertama yang di salib dalam Islam. Wallahu A'lam.


Baca juga: Guru Al Qur'an, Profesi Paling Mulia


[1]  Shahabiyah gelar kepada para wanita yang berada pada zaman Rasulullah SAW , berjumpa dengannya dan beriman kepada Risalahnya serta mati dalam keadaan beriman. Istilah ini sama dengan gelar Sahabat/shohabah untuk kaum lelaki diantara mereka.
[2]  Anshar berasal dari bahasa Arab yang berarti para penolong. Ia adalah gelar kepada penduduk Yatsrib (Madinah) yang menyambut kedatangan kaum Muhajirin Mekkah dan membantu mereka ketika peristiwa hijrah.
[3]  Peristiwa jam’ul Qur’an (pengumpulan Al Qur’an dalam bentuk Mushaf) terjadi 2 kali setelah wafatnya Baginda Rasulullah SAW. Pertama pada zaman Abu Bakar ra dan kedua pada zaman Utsman Bin Affan ra. Pada zaman Rasulullah SAW , Al Qur’an ditulis diatas lempengan batu, pelepah kurma, tulang dan sebagainya yang disusun secara rapi.
[4] Artinya seorang budak hamba akan serta merta menjadi bebas merdeka setelah tuannya meninggal.

Saturday, November 12, 2016

Jangan Bosan untuk Berdoa

Oleh: AM. Yusuf, Lc. M.A. (Ilustrasi: Google)

Berdoa itu tidak cukup sekali. Seperti seorang anak kecil yang merengek minta mainan kepada ibunya. Pertama ia minta, mungkin ibunya tidak ambil peduli. Namun ketika anak itu mulai merengek lagi, dua kali, tiga kali hingga beberapa kali, maka niscaya sang ibu akan iba dan berusaha membelikannya.. (Maha Suci Allah SWT dari dipersamakan dengan makhluk-Nya).

Berdoa itu ibadah, bahkan ia adalah ‘mukhkhul ‘ibadah” (otaknya ibadah). Dikabulkan atau tidak ia akan berpahala. Bahkan sesungguhnya tidak ada doa yang sia-sia, selama doa itu untuk kebaikan. Mereka yang berdoa akan diberikan 3 kemungkinan yang semuanya baik: dikabulkan langsung apa yang ia minta, atau ia dijauhkan dari suatu musibah yang setimpal dengan permintaannya, atau Allah SWT akan simpan pemberiannya di akhirat kelak.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا " قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ، قَالَ: «اللَّهُ أَكْثَرُ».مسند أحمد:ج3/ص18 ح11149 و البزار (3144)

Dari Abu sa’id Al Khudry, sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim berdoa dengan satu doa, yang tidak ada di dalamnya perbuatan dosa atau memutuskan shilatutahim, kecuali Allah SWT akan menganugerahkannya salah satu dari 3 kebaikan: disegerakan apa yang ia minta, atau Allah menyimpannya untuk dia di akhirat, atau Allah SWT menjauhkannya dari keburukan semisalnya”. Para sahabat berkata: kalau demikian maka sebaiknya kita memperbanyak (doa), Nabi menjawab: “Allah SWT lebih banyak (pemberiannya). (HR. Ahmad dan Al Bazzar).

Nabi pernah berpesan agar kita jangan bosan untuk berdoa, jangan merasa cukup dengan hanya berdoa satu kali dan berharap dikabulkan. Ia bersabda:

عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((يُستجاب لأحدكم مالم يَعجَل، يقول: قد دعوت ربي، فلم يستجب لي))؛ متفق عليه.

Dari Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: “Akan dikabulkan doa kalian selama kalian tidak “isti’jal” (terburu-buru), yaitu seseorang yang berkata: aku telah berdoa tapi tidak juga dikabulkan” (Muttafaq ‘Alaihi).

Boleh jadi lambatnya jawaban Allah SWT atas doa kita itu lebih baik bagi kita. Karena dengan demikian kita akan terus berdoa, terus memohon, terus merendahkan diri dihadapan Allah SWT dan terus menggantungkan diri kepada-Nya. Dan itu jauh lebih baik dan itulah inti dari penghambaan kita kepada-Nya. Merendah, menunduk, menghamba dan terus meminta. Boleh jadi akhlak demikian tidak akan ada dalam diri kita seandainya doa itu langsung di kabulkan.

Namun demikian, ada baiknya juga kita introspeksi diri. Barangkali ada penghalang yang menjadikan doa kita tidak kunjung dikabulkan. Diantara yang bisa menghalangi terkabulnya doa kita adalah:
1.        mengkonsumsi yang haram dalam makanan, minuman, pakaian dan segala hal terkait kehidupa kita.
2.      Meningkatkan keikhlasan kita dalam berdoa. Jangan hanya berdoa untuk kepentingan dunia saja, namun jadikanlah dunia itu wasilah (perantara) untuk meraih akhirat
3.       Berdoalah dengan sungguh-sungguh bahwa kita sangat memerlukan apa yang kita minta, “merengek” kepada Allah SWTdan terus memintanya.
4.      Memperhatikan adab-adab berdoa seperti: mengangkat kedua tangan, diawali dengan memuji Allah SWT dan bersholawat kepada Nabi SAW.
5.      Memperhatikan waktu-waktu diijabahnya doa, seperti: Sepertiga malam yang terakhir (sholat tahajjud), antara adzan dan iqamah, ketika dalam perjalanan dan sebagainya.

Wallahu A’lam.


@am.yusuf

Wednesday, November 9, 2016

Tadabbur: Menangislah Seperti Mereka ...


Oleh: AM Yusuf, Lc. M.A. (Ilustrasi: Google)

Suatu hari Nabi SAW berkata kepada Ibnu Mas'ud. "Wahai Ibnu Mas'ud, bacakanlah Al Qur'an kepadaku !"
Ibnu Mas'ud balik bertanya dengan perasaan heran : " Ya Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al Qur'an kepadamu sementara ia turun kepada Engkau ?
"Aku ingin mendengarnya dari seseorang selainku " Jawab nabi SAW.
Kemudian Ibnu Mas'ud membaca surat An Nisa dengan tunduk dan penuh kekhusukan. Hingga sampailah ia kepada ayat :

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا

"Maka bagaimanakah apabila Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, dan Kami datangkan engkau sebagai saksi terhadap umatmu ini?” (An Nisa 4: 41)

Tiba-tiba Nabi bersabda : "Cukup..."
Kemudian Ibnu Mas'ud melihat Nabi SAW, ternyata kedua mata Rasulullah SAW berlinangan air mata.

Dalam kesempatan yang lain, satu rombongan penduduk Yaman datang menghadap kepada Khalifah Abu Bakar ra. Tak lama kemudian mereka membaca Al Qur'an dan menangis. Maka datanglah Abu Bakar seraya berkata : "Beginilah kami dahulu..."

Adapun Umar bin Abdul Aziz, suatu saat ia menjadi Imam dalam sebuah solat jama'ah. Setelah menyelesaikan surat Al Fatihah, ia membaca surat Al Lail. Ketika sampai pada ayat :
فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى
“Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.". (Al Lail 92: 14)

Tiba-tiba suaranya terhenti dan ia tidak mampu meneruskan bacaan. Ia menangis karena beratnya ayat tersebut. Kemudian ia mulai membaca kembali dari awal surat tersebut. Ketika sampai pada ayat yang sama, suaranya kembali terhenti dan menangis. Ia tidak mampu melanjutkan ke ayat selanjutnya. Akhirnya ia membaca surat yang lain.

* * * * * * * * *

`Sungguh bersih hati-hati mereka. Ruang-ruangnya dipenuhi keyakinan murni akan benarnya Kalamullah. Ia begitu mudah tersentuh. Menangis ketika teringat siksa neraka karena mereka takut jika akan menjadi penghuninya walau sebentar. Juga menangis ketika "melihat" indahnya surga karena mereka takut tidak menjadi penghuninya. Padahal mereka adalah sebaik-baik generasi, sosok-sosok yang paling bertakwa. Mereka paling sedikit perbuatan salahnya. Sebaliknya, perjalanan hidup mereka penuh dengan khusuknya ibadah, panjangnya Qiyamullail, derasnya tangisan, pengorbanan besar untuk Islam dan perjuangan tiada henti demi tegaknya syariat Allah. Sedangkan kita....

Dalam suatu solat malamnya, pernah Nabi SAW mengulang-ulang satu ayat hingga menjelang waktu shubuh. Ayat tersebut adalah :

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al Maidah 5: 118)

Sosok tadabbur yang lain adalah Asma' binti Abu Bakar. Suatu kali ia sedang membaca Al Qur'an. Bacaannya terhenti pada suatu ayat. Ia menghayati dan merenungi maknanya hingga ia terus mengulang-ulang ayat tersebut. Ia membaca...

فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ
Maka Allah mengkaruniakan kami (rahmat dan taufik-Nya) serta memelihara kami dari azab Neraka". (At Thuur 52: 27)

Perkara itu membuat seorang sahabat –Ubadah bin Hamzah ra- mengurungkan niatnya untuk berkunjung. Kemudian ia pergi ke pasar untuk menunaikan beberapa keperluannya. Tatkala selesai, ia mencoba datang kembali ke rumah Asma'. Namun ternyata ia masih terus mengulang-ulang ayat yang sama. Ia tenggelam dalam tadabbur...


Semoga beberapa contoh ini akan  mampu memacu kita dalam berusaha untuk lebih dekat  kepada Kalamullah... Wallahu A’lam